Seorang gelandangan tua renta yang miskin
Yang hanya memiliki gerobak
sebagai tempat berteduh dari sinar matahari dan guyuran hujan
Yang hanya memiliki sepasang pakaian
Yang sudah compang-camping melekat di badannya
Tapi cukup untuk menutupi seluruh auratnya
Ia selesai melaksanakan sholat
Dengan berteduh di bawah pohon rindang
Menghadap ke sungai dengan pemandangan yang indah
Yang kebetulan itu arah kiblat
Duduk beralaskan plastik bersih
Yang ia pungut dijalanan
Sejenak dia merenungkan nasibnya
Hidup adalah sebuah pilihan
Tapi mengapa aku tidak bisa memilih
Atas kekayaanku dan kemiskinanku
Padahal aku sudah mencurahkan
Segenap pikiranku untuk menuntut ilmu
Padahal aku sudah mengeluarkan
Seluruh tenagaku untuk bekerja dan berusaha
Dan aku sudah mengkusyukkan, mengikhlaskan
Untuk selalu berdo’a dan mencari ridhoNya
Namun aku masih tidak bisa memilih
Atas kekayaanku dan kemiskinanku
Seandainya aku bisa memilih
Aku tidak ingin menjadi Raja
yang tidak memperhatikan
nasib seluruh rakyatnya
baik yang di kota sampai ke pelosok desa
Seandainya aku bisa memilih
Aku tidak ingin menjadi Penegak Hukum
yang dirinya sendiri tidak taat hukum
dan selalu bermain-main dengan hukum
Seandainya aku bisa memilih
Aku tidak ingin menjadi Birokrat
yang selalu melakukan pungutan liar
yang semakin memberatkan beban rakyat
Seandainya aku bisa memilih
Aku tidak ingin menjadi Wakil Rakyat
yang selalu mengumbar janji manis untuk rakyat
tanpa bisa menepati janjinya
Seandainya aku bisa memilih
Aku tidak ingin menjadi Majikan
yang tidak membayarkan upah buruhnya
sebelum kering keringatnya
Seandainya aku bisa memilih
Aku tidak ingin menjadi Mandor
yang sering mengambil sebagian upah
yang telah menjadi hak kulinya
Seandainya aku bisa memilih
Aku tidak ingin menjadi Sopir Umum
yang dengan ugal-ugalan mengendarai mobilnya
dengan mempertaruhkan banyak nyawa para penumpangnya
demi mengejar setoran semata
Seandainya aku bisa memilih
Aku ingin menjadi orang yang cukup
Cukup dalam harta kekayaanku
sehingga aku dapat beramal sholeh
aku dapat menyantuni anak yatim, dan fakir miskin
tanpa merasa kehilangan sebagian atau seluruhnya hartaku
Cukup dalam waktuku
sehingga aku dapat selalu
menjalankan perintah Allah
tanpa dihadang oleh pemenuhan kebutuhan esok
tanpa harus dikejar-kejar waktu dalam meyelesaikan pekerjaanku
Tapi mengapa aku harus memilih ???
Bukankah aku seorang gelandangan tua renta miskin
yang hanya memiliki sepasang baju compang-camping
yang melekat di tubuhku
Aku hanya seorang gelandang tua renta miskin
yang hanya memiliki sebuah gerobak tua
tempatku berteduh dari sengatan matahari dan guyuran hujan
Aku hanya seorang gelandangan tua renta miskin
yang mencari sesuap nasi untuk hari ini
dengan mengais-ngais, mencari barang bekas di sampah
Aku memang tidak punya
Pakaian yang layak untuk sholat
Namun aku belum pernah meninggalkan sholat
Dan berusaha selalu untuk tidak meninggalkan sholat
Aku memang tidak punya
Tempat yang layak untuk sholat
Namun aku selalu melaksanan sholat
Jika waktunya tiba, dimanapun tempatnya aku berada
Aku memang tidak punya harta untuk bersedekah
Namun akupun berusaha untuk tidak meminta
Aku memang tidak pernah punya pilihan
Atas kekayaan dan kemiskinanku
Namun aku selalu berusaha
Untuk memperoleh pilihan itu.
Komentar :
Posting Komentar